Minggu, 21 Juli 2013

Belanja Perlengkapan Bayi

Diposting oleh Rizki Juniarti Umli di 10.58 15 komentar
Saking terlalu banyak peristiwa penting yang gue lewati, gue sampai bingung harus mulai cerita dari yang mana.Setelah menimbang dalam kurun waktu tidak kurang dari tiga puluh menit, baru lah gue memutuskan untuk bercerita tentang pengalaman belanja untuk menyambut dede bayi yang insya Allah lahir pertengahan September nanti.

Wanita mana sih di dunia ini yang gak seneng belanja? Gue rasa sih gak ada. Dan ternyata menurut pengalaman gue baru-baru ini, belanja perlengkapan bayi jauh lebih menyenangkan daripada belanja untuk keperluan diri sendiri.

Hal pertama yang gue lakukan sebelum belanja adalah mencari informasi daftar kebutuhan bayi baru lahir di internet, daftar ini cukup membantu karena memberikan gambaran tentang berapa banyak barang dan dana yang dibutuhkan. Setelah mendapati beberapa versi daftar kebutuhan bayi, akhirnya gue bikin list sendiri. Yaaa... walaupun sampai saat ini masih ada yang belum sempat terbeli karena keterbatasan waktu. Berikut daftar beberapa barang yang udah dibeli, sementara untuk yang lainnya akan di-update nanti.

1. 1/2 Lusin Bedong merk Babytha 120 x 90 cm seharga Rp. 80.000,-



2. 1/2 Lusin Popok Kain

3. 1/2 Lusin Gurita

4. 1/2 Lusin Baju Bayi Newborn Lengan Pendek
  

5. 1/2 Lusin Baju Bayi Newborn Lengan Panjang

6. 1/2 Lusin Celana Pop





7. 1/2 Lusin Celana Panjang

8. 1 Buah Jaket
 
 

9. 2 Buah Celemek, 2 Buah topi bayi, serta masing-masing 3 pasang sarung tangan dan kaos kaki bayi.

10. Paket Johnson's Baby Gift Pack yang terdiri dari Johnson's Baby Oil 125 ml, Johnson's Baby Cologne, Jhonson's Baby Top-to-Toe Wash, Jhonson's Baby Lotion, serta Jhonson's Baby Powder dengan bonus sepasang sarung tangan dan kaos kaki. Jadi sampai saat ini dede bayi punya 4 pasang sarung tangan dan kaos kaki.

Dan sebenernya gue pengen beli yang merk Zwitzal tapi gue sama suami udah keliling ke banyak toko gak ada yang jual sepaket, katanya udah gak keluar yang paketan yang ada cuma yang satuan. Sayang banget yaa.. Huhuhu..

11. Minyak kayu putih Konicare 120 ml, tapi dibeliin Mama lagi minyak telon My Baby karena kata beliau minyak kayu putih terlalu hangat untuk bayi baru lahir.

12. Ideal Cotton Wool Balls 50g

13. Tempat Bedak

14. Mamy Poko Tissue Basah


15. 2 Buah Handuk

16. 2 Buah Botol Susu

17. Sikat Botol
 

18. 1 Buah Selimut Bayi bergambar tokoh kartun Winnie The Pooh dengan bonus 3 buah sapu tangan. Gue lupa merknya apa karena abis beli langsung gue buka dari packaging-nya terus langsung disimpan. Sebenernya agak nyesel juga beli ini karena bahannya yang tipis dan tekstur mirip handuk.


19. Baby Bather


Baby Bather merk Carter's berwarna orange cerah ini dibeli seharga Rp. 160.000,-

20. Kasur Bayi, Selimut, Gendongan, serta Diapers Bag
Gue beli sepaket kasur bayi merk Snobby yang terdiri dari 1 buah bantal peang, 2 buah bantal guling, serta kelambu seharga Rp. 280.000,-. Dan gue juga beli diapers bag, gendongan dan selimut dengan merk dan motif yang sama.

Udah.. Sampai saat ini yang dibeli baru itu aja. Masing-masing item kayak baju, popok sama celana memang baru beli dikit karena emang sengaja dicicil. Sementara untuk stroller, bouncer, baby box kakeknya yang bakal beliin. Hehehe..

Senin, 11 Juni 2012

Apa itu Chating, Browsing, Searching, Surfing ?

Diposting oleh Rizki Juniarti Umli di 00.58 1 komentar
 a. CHATING
Chatting adalah suatu feature / program dalam Internet untuk berkomunikasi langsung sesama pemakai Internet yang sedang online (yang sedang sama-sama menggunakan Internet). Komunikasi bisa berupa teks (text chat) atau suara (voice chat). Anda mengirim pesan dengan teks atau suara kepada orang lain yang sedang online, kemudian orang yang dituju membalas pesan Anda dengan teks atau suara, demikian seterusnya.

b. BROWSING
Browsing adalah Berselancar untuk menjelajahi informasi yang ada di internet. Berselancar ini bisa dilakukan dengan sebuah program yang disebut browser, software untuk berselancar. Browsing dapat juga diartikan seni pencarian informasi melalui system operasi yang berbasis hypertext, misalnya membaca berita, mencari istilah dll.

c. SURFING
Surfing pengertian surfing juga dapat diartikan dengan browsing . dengan menjelajah dunia maya atau internet untuk mencari sesuatu yg bermanfaat membaca berita secara online itu juga salah satu browsing.

d. SEARCHING
Searching berarti pencarian suatu situs yang belum kita ketahui secara pasti alamat yang dimiliki. Dalam melakukan searching biasanya kita gunakan search engine sebagai mesin pembantu dalam pencarian situs tersebut. Search engine adalah sebuah fasilitas (web) yang bisa mencari links dari situs lain. Ada berbagai macam search engine yang bisa kita gunakan dalam searcing, yaitu ; yahoo, google, altavista, lycos, astaga, msn, dan lain sebagainya. Disini akan dijelaskan bagaimana cara searcing melalui beberapa search engine yang pada umumnya dipakai yaitu dengan menggunakan google dan yahoo.

Selasa, 10 Januari 2012

Gloomy Sunday Bagian 2

Diposting oleh Rizki Juniarti Umli di 01.09 1 komentar

Upacara Penyambutan

Sambutan kepala sekolah membuka upacara penyambutan. Saat pertama kali melihat kepala sekolah yang berjalan ke atas podium Miyo-chan langsung menyukainya. Miyo-chan merasa kepala sekolah itu sama seperti kakeknya.
Dia langsung bertepuk tangan sambil berdiri ketika Mr. Kobayashi menyampaikan salam. Hal itu diikuti siswa baru yang lain. Semua orang yang lebih dewasa menatap Miyo-chan heran, muka Miyo-chan memerah ketika menyadari ia jadi pusat perhatian. Miyo-chan takut dimarahi karena telah telah berbuat salah, seingatnya sebelumnya tak ada yang menyuruhnya bertepuk tangan. Tiba-tiba terdengar gemuruh tepuk tangan dari orang dewasa, hal tersebut berhasil menenangkan hatinya.
Setelah itu Miyo-chan memperhatikan pidato yang disampaikan Mr. Kobayashi dengan seksama sambil tersenyum sesekali. Ia tidak sepenuhnya mengerti apa yang disampaikan Mr. Kobayashi, karena Mr. Kobayashi memang mengucapkan beberapa kata yang sulit di pahami anak-anak.Tapi ia tersenyum karena menurutnya Mr. Kobayashi itu pasti sama seperti kakeknya.
Pidato Mr. Kobayashi disusul beberapa drama gerak dan lagu yang dimainkan siswa tingkat atas. Tidak ketinggalan lagu wajib Ichi Nen Sei disajikan di sisa waktu berikutnya. Beberapa orang tua menangis karena terharu, Miyo-chan juga hampir menangis tapi dia tidak mengerti mengapa harus menangis. Akhirnya Miyo-chan menganggap matanya baru saja kemasukan benda asing.
Sesaat setelah upacara penyambutan selesai, seorang pria bertubuh gembul dan beberapa panitia mengambil alih pimpinan. Mereka mengatur tempat duduk gumi 1.1 yang mendapat giliran pertama pengambilan foto. Miyo-chan yang agak tinggi dibanding teman-temannya di tempatkan di posisi nomer 3 dari pojok kanan. Mama berdiri di belakangnya, gaun hitam Mama serasi dengan jas yang dikenakan Miyo-chan. 
Semua orang ―baik anak-anak maupun orang tua tersenyum bahagia ketika di foto. Beberapa orang tua bahkan menangis setelahnya

Gloomy Sunday Bagian 1

Diposting oleh Rizki Juniarti Umli di 00.51 0 komentar
Inspired by novel Totto-chan The Little Girl at The Window atau Totto-chan Gadis Cilik Di Jendela

Sekolah Baru

Di Jepang, setiap anak ―usia sekolah khususnya― sudah ditentukan tempat dia harus bersekolah berdasarkan alamat tempat tinggalnya di suatu distrik. Miyo-chan harus bersekolah di sebuah sekolah kecil di dekat Stasiun Jiyugaoka. Pagi ini matahari bersinar cukup cerah, Miyo-chan pergi ke sekolah barunya bersama Mama. Mereka turun dari kereta Oimachi di Stasiun Jiyugaoka. Mama menggandeng Miyo-chan melewati pintu pemeriksaan karcis. Ujung jas hitam Miyo-chan berkibar ketika ia melangkah. Di depan mereka, di kejauhan, sebuah gerbang sekolah kecil mulai kelihatan.
Miyo-chan berhenti melangkah ketika melihat gerbang itu. Gerbangnya terbuat dari pilar-pilar beton yang halus. Nama sekolah tertera dengan huruf-huruf besar.
“Yu-zu-ki”
Miyo-chan hendak bertanya pada Mama apa arti “Yuzuki”, tapi matanya melihat sekilas sesuatu yang membuatnya mengira dirinya sedang bermimpi.
Di depannya terdapat panggung yang bagian belakangnya terdapat tirai berwarna biru. Di sisi kanan panggung tersebut terdapat sebuah kolam kecil dengan air mancur di tengahnya. Air mancur itu bisa berubah warna. Lampu, bunga dan balon beraneka warna menghiasi setiap sudut panggung.
Tiba-tiba seorang gadis dari kelas 2 mendekati mereka. “Aku Aiko.” Kata gadis itu ramah sambil mengulurkan tangan pada Miyo-chan. Mama menatap gadis itu tersenyum. Miyo-chan buru-buru menyambut uluran tangan Aiko sambil tersenyum, “Senang bisa berkenalan denganmu. Aku Miyo-chan, ini mamaku. Dia cantik ‘kan?”
Aiko tersenyum lalu menggandeng tangan Miyo-chan.
 “Kau harus duduk disana bersama teman-temanmu.”  Kata Mama pelan, tapi kebahagiaan jelas terpancar dari sudut matanya. Miyo-chan mengangguk patuh. Kemudian berjalan menuju bagian bawah panggung bersama Aiko. Setelah mengantar Miyo-chan ke tempat duduknya Aiko tersenyum lalu meninggalkannya menuju bagian depan panggung yang diisi oleh siwa kelas 2 yang ikut merayakan hari pertama kelas 1 SD Yuzuki. Mereka akan turut menyanyikan lagu wajib Ichi Nen Sensei. Kakak kelas juga akan mempersembahkan beberapa drama gerak dan lagu untuk menyemangati siswa baru kelas 1.
Miyo-chan bingung kenapa Aiko tidak duduk bersamanya, tapi setelah Miyo-chan menyadari tak ada tempat duduk kosong di bagian bawah panggung ia berpikir kalau Aiko benar-benar baik. Ia tidak tau kalau ia adalah siswa baru terakhir yang datang, dan Aiko memang tidak seharusnya duduk di bagian bawah panggung karena tempat itu bukan untuknya.
Mama melangkah ke sisi kanan panggung ―ke tempat yang memang disediakan untuk para orang tua― setelah bertanya pada seorang guru. Di seberangnya, ―di sisi kiri panggung juga terdapat tempat yang diperuntukkan untuk hal yang sama. Tapi karena Miyo-chan ditempatkan pada gumi 1.1 yang berada di bagian bawah panggung sebelah kanan, maka Mama juga harus berada pada tempat di sebelah kanan.
Hall yang baru saja dimasuki Miyo-chan dan Mama memang dibagi dalam empat bagian yang menjadi tempat masing-masing kelompok. Bagian terakhir dari hall adalah tempat bagi kepala sekolah, guru-guru dan semacam komite sekolah. Posisinya di sebelah kiri pintu masuk ―agak di belakang.

Kamis, 22 Desember 2011

Flash Fiction: Cemburu

Diposting oleh Rizki Juniarti Umli di 00.55 0 komentar
Sejak awal aku memang melihat sesuatu yang berbeda dari tatapan wanita itu pada Stuart. Tatapan mata yang jelas menggambarkan kekaguman, rasa ingin memiliki, dan juga sedikit kebencian.

Berkali-kali kuperingatkan Stuart untuk menjaga jarak namun tak digubris. Malah sepertinya ia menikmati sensasi yang diberikan wanita itu melalui tatapan matanya.

Wanita itu mahasiswi semester 5 yang sekaligus menjabat sebagai sekretaris BEM di kampus ini, rambutnya panjang, nyaris menyamai rambutku. Dan soal wajah, banyak yang bilang kami mirip. Jelas aku merasa terancam dengan keberadaannya, terutama karena tingkah lakunya. Usahanya yang seperti tak kenal lelah dalam mendekati Stuart membuatku naik pitam.

Apalagi ketika ku dapati Stuart yang seharusnya menunggu ku di depan pintu toilet malah bercakap-cakap dengannya. Darahku mendidih, kesabaranku habis digerogoti rasa cemburu yang memang beralasan.

Beruntung aku masih ingat situasi, kami sedang berada di kampus dengan sekian pasang mata dan telinga yang siap merekam apa saja yang akan terjadi. Sebisa mungkin aku meredam kemarahan yang makin membuatku sesak. Aku melangkahkan kaki mendekati keduanya dengan pandangan yang berapi-api dan napas memburu karena marah. Tiba-tiba Stuart menoleh kearahku, ia salah tingkah, menggaruk-garuk kepalanya yang aku tau pasti tidak sedang gatal, kemudian melangkah kearahku dengan gugup.

“Udah?” tanyanya.

“Iya udah, kalo belum aku nggak bakal di sini!” tukasku sinis.

“Seharusnya tadi aku lebih lama ya di toiletnya, biar kamu bisa lebih lama ngobrolnya”sambungku lagi.

“Marah?”

“Ya iya lah aku marah, tadi kan aku minta kamu nu..”belum sempat aku menyelesaikan kalimatku ia sudah meletakkan telunjuknya didepan mulutku, memelukku kemudian berbisik, “Aku nggak mungkin berpaling dari kamu. Aku sayang banget sama kamu!”

Selasa, 20 Desember 2011

Cerbung: Pintu Bagian 1

Diposting oleh Rizki Juniarti Umli di 01.25 0 komentar
Sejak pertama pindah ke rumah ini, aku sudah penasaran dengan pintu di sisi kiri ruang tamu. Ukurannya besar, megah dengan berbagai ukiran. Sangat tidak cocok dipadukan dengan rumah berkonsep minimalis yang kami tinggali. Dan lebih mengherankan lagi, pintu itu tak menghubungkan ruangan manapun. Aku pernah mengeceknya dari luar. Namun yang kudapati hanya tembok berlapis batu alam.

“Ayah taukan pintu di sisi kiri ruang tamu?” tanyaku di sela-sela acara menonton bola.

“Iya, bagus ya?”

“Alin heran deh, yah. Kok ada pintu kayak gitu di rumah berkonsep minimalis. Apalagi pintunya nggak bisa dibuka, alin udah cek dari luar yang ada cuma tembok.” kataku tanpa menjawab pertanyaan ayah.

“Mungkin untuk hiasan.”

Ku pikir ayah ada benarnya juga. Meskipun tetap saja terasa janggal karena keseluruhan konsep rumah ini minimalis, kecuali pintu itu.
§§§

Berkali-kali ku tekan tombol remote namun tak juga ku temukan acara yang menarik perhatian. Tengah hari seperti ini semua stasiun televisi kompak menyiarkan acara berita yang sangat tidak kusukai. Aku muak harus menyaksikan betapa menyedihkannya dunia ini, seperti yang tergambar ketika menonton berita.

Tiba-tiba pandangan mataku tertuju pada pasir di bawah kaca meja. Aku ingat pasir itu berwarna putih namun baru saja kulihat warnanya berubah kelam seperti malam. Semakin ku tatap, warnanya makin kelam. Atmosfir aneh pun menyelimuti sekelilingku, membuatku bergidik ngeri.

Baru saja aku hendak menyentuhnya, laci tempat pasir itu berada sudah terbuka dengan sendirinya. Di dalamnya terdapat sebuah buku tebal serupa novel Maryamah Karpov di atas hamparan tipis pasir hitam. “مستقبل الحياة” Aksara itu tertulis pada bagian depan buku yang kutaksir sebagai judul. Aksara Arab yang tak kumengerti apa artinya.

Ketika aku hendak mengambil buku tersebut, bayangan-bayangan kejadian seperti dalam cerita mulai berkelebat di benakku. Misalnya saja ketika kusentuh buku itu menyengatku dengan listrik jutaan watt, atau mungkin menghisapku. Dadaku berdegub kencang karena takut. Namun hasrat dalam diriku menginginkan aku menyentuhnya.

Demi melunaskan rasa penasaran yang membuncah, ragu-ragu aku menyentuhnya. Entah layak kusebut keberuntungan atau tidak, semua yang kubayangkan tidak terjadi. Aku baik-baik saja, tanpa tersengat ataupun terhisap.

Masih dengan sedikit keraguan dan kedua tangan bergetar aku membuka halaman demi halaman buku tersebut. Halaman pertama hanya terdapat judul, seperti yang tertulis pada cover depan. Halaman kedua terdapat angka tahun 1893, yang kutaksir sebagai tahun pembuatan dan beberapa baris aksara yang sama. Pada halaman ketiga, aku mendapati lukisan yang sudah agak buram. Kutatap nanar lukisan tersebut, kengerian makin membelengguku.

Perempuan berambut keemasan pada lukisan itu benar-benar mirip denganku. Matanya yang kebiruan, hidung bangir, serta bibir tipis kemerahan. Semuanya benar-benar mirip, seperti ketika aku bercermin. Sayangnya pesona yang dimiliki wanita itu kontras sekali dengan apa yang ada di belakangnya. Puluhan bahkan mungkin ratusan tengkorak utuh lalu lalang. Membuatku makin takut, hingga bulu kudukku berdiri. Karena ternyata lukisan itu bergerak dan aku baru menyadarinya.

Mataku pun mulai perih karena tak berkedip. Saat aku membuka mata sekian detik kemudian. Tiba-tiba saja muncul sosok perempuan dewasa di sebelah perempuan tadi. Keduanya saling tersenyum, lalu menatapku ramah.


“Alynna Sukmo Atmaja” sapa perempuan bersanggul itu ramah. Aku tersentak, seluruh sendiku lemas hingga tubuhku pun merosot ke lantai. Kedua perempuan itu tidak menakutkan, tapi lukisan dalam buku yang bisa bicara benar-benar membuatku ketakutan.


“Kami -”Belum sempat perempuan itu menyelesaikan kalimatnya, tiba-tiba ayah datang dan merebut buku ajaib dari tanganku dengan sekali sentakan. Matanya berkilat, mukanya memerah pertanda ia sedang marah.


“Jembatan masa pintu neraka dunia ”ucap ayah sekali napas di tengah hembusan napasnya yang memburu. Lalu terdengar suara berdebam, yang ternyata berasal dari pintu kayu di sisi kiri ruang tamu. Aku melihat pintu itu terbuka, lalu merasakan tubuhku terhisap kedalamnya. Beruntung aku sempat berpegangan pada kusen, sehingga tubuhku tidak langsung tertelan dalam ruang pekat seperti malam. Tiba-tiba daya hisap ruangan itu lenyap, hingga membuat separuh tubuhku menghantam lantai. Sementara separuhnya lagi, dari pinggang hingga ujung kaki, menggantung persis di bibir jurang.


Ayah masih menatapku dengan tatapan yang sama seperti sebelumnya. Matanya berkilat, mukanya memerah pertanda ia sedang marah. Sebelumnya aku tak pernah melihat ayah seperti ini. Bahkan tak pernah terlintas di benakku, bahwa ayah yang selama ini selalu lembut bisa jadi seberingas ini.


Sekian detik kemudian muncul dua tulang rangka, satu mayat perempuan, dan satu lagi mayat kakek tua yang sekujur tubuhnya terbakar. Mereka semua hidup, dan berusaha menarikku masuk ke dalam ruang pekat. Aku meronta seraya menatap iba pada ayah. Namun ia masih saja membatu.

Ketika hanya tinggal bagian ujung-ujung jariku yang masih belum terhisap, ayah mengacungkan telunjuknya kearahku, tubuhku pun bergerak seiring gerakan telunjuk ayah. Berputar ke posisi telentang di udara, kemudian mendarat pelan di sofa coklat di ruang tamu.

Sekuat tenaga aku mencoba bangkit, kemudian beringsut menjauh sambil memeluk lutut ketika ayah berusaha mendekat. Hanya tinggal sejengkal lagi aku akan terjengkang ke lantai, namun kulihat ayah kembali membatu. Ia lalu mengarahkan telapak tangan kanannya ke arahku, mematungkan tubuhku hingga aku tak dapat menggerakkan apapun kecuali bola mataku. Kulihat mulut ayah berkomat-kamit, lalu pintu kayu di hadapanku tertutup dengan sendirinya.


Ayah kembali mendekat, tatapan matanya tak lagi seperti tadi. Tak ada lagi kilat kemarahan namun lebih menyiratkan kekhawatiran.


“Alin istirahat dulu ya dek.”ujarnya lembut sembari meluruskan tubuhku.


“Nggak boleh banyak gerak biar cepat sembuh.”sambungnya lagi. Kemudian membopong tubuhku ke sebuah ruangan bercat ungu yang tak lain merupakan kamarku.


§§§
 

Kiki Umli's Blog Copyright © 2012 Design by Antonia Sundrani Vinte e poucos